sebenarnya bukan untuk jatuh
hanya ingin mencoba untuk bangkit
karena tongkat ini tlah kau patahkan
bukan hanya sekeping
kau pikir kau mampu menghitung kepingan tongkatnya?
sampai jarum jam selesai berputar pun kupastikan kau tak sanggup
lalu untuk apa kau disini?
kalau pada akhirnya menghancurkan jalan yang tlah kubangun
hanya membual janji?
membawakanku bunga yang semu?
bahkan kau lebih semu dari yang kubayangkan
Total Penonton Kertas
Senin, 17 September 2012
Kamu Tongkat
meski hanya sepenggal,
setidaknya ini bisa melegakanku
bukan kamu yang menyakitiku,
namun aku yang membiarkan hati ini masuk terlalu dalam
lalu kehilangan kendali hingga akhirnya terluka.
memang hanya sebaris kata yang pernah tercipta darimu.
tapi aku terlalu terpana.
hingga mata ini silau melihatnya.
sekali lagi kau tak bersalah.
mungkin aku hanya sebutir di matamu.
tak penting.
hanya untuk singgah sebentar lalu kembali ke tempatmu.
tapi bagiku kamu tongkat.
penunjuk arahku.
penegak langkah kakiku.
kini, akutesesat dan tak tahu arah jalan pulang
setidaknya ini bisa melegakanku
bukan kamu yang menyakitiku,
namun aku yang membiarkan hati ini masuk terlalu dalam
lalu kehilangan kendali hingga akhirnya terluka.
memang hanya sebaris kata yang pernah tercipta darimu.
tapi aku terlalu terpana.
hingga mata ini silau melihatnya.
sekali lagi kau tak bersalah.
mungkin aku hanya sebutir di matamu.
tak penting.
hanya untuk singgah sebentar lalu kembali ke tempatmu.
tapi bagiku kamu tongkat.
penunjuk arahku.
penegak langkah kakiku.
kini, aku
Minggu, 16 September 2012
Sepenggal
Kemarin, aku terisak
bukan karena alasan yang baru
ini kisah klasik
kisah luka yang tertinggal
membuka seiring kemarau
yang tak mau melembut
Aku terpaku
melihatku yang bercucuran air mata
kapan kau selesai sayang?
kapan kau berhenti?
bangkit, berdiri, dan
menangkap setitik embun
Mungkin nanti, jawabnya
sampai sepenggal peluk
datang menghampiri
lalu erat mendekap
membawanya ke sebuah surga
bukan karena alasan yang baru
ini kisah klasik
kisah luka yang tertinggal
membuka seiring kemarau
yang tak mau melembut
Aku terpaku
melihatku yang bercucuran air mata
kapan kau selesai sayang?
kapan kau berhenti?
bangkit, berdiri, dan
menangkap setitik embun
Mungkin nanti, jawabnya
sampai sepenggal peluk
datang menghampiri
lalu erat mendekap
membawanya ke sebuah surga
Langganan:
Postingan (Atom)